Monday, November 19, 2007

AGRESI MILITER KE II

TUJUH BULAN BERSELANG, pada tanggal 9 desember 1873 tentara belanda yang tak kenal putus asa itu menyerbukan kembali tentaranya kepantai ACeh, melalui kuala Gigieng, didaerah mukim XXVI mukim. Kini Sultan Mahmud yang patriotik dan telah mengalami peperangan itu mendapat seorang tangan kanan yang lebih ungguldari yang lainnya dalam kerajaan aceh dikalan itu. orang tersebut ialah Tuanku Hasjim Banta muda yang baru kemabli dari front sm. timur dan langsung bertindak sebagai wakil Sultan/panglima tertinggi Angkatan Perang aceh.

Dlm Agresi yang ke dua ini Belanda mengerahkan pasukannya lebih besar sebanyak 12.000 orang tenaga manusia, sejak dari perwira tingginya sampai ke wanita lacurnya pula, Malah Belanda membawa serta sebentuk alat pemusnah yang cukup mengerikan, yaitu induk bibit cholera, cacar dan disentry.

Sejak tanggal 9 Des 1873 perang sudah dimulai, terjadi pertempuran yang sengit antara tentara penajajah dengan Aceh, pertahanan diatur sedemikian rapi, dengan benteng2 yang berlapis2 yang tidak mudah ditembus, walau ada pengkhianant tanah air yang telah memberikan petunjuk2 kepada belanda.

Demikianlah jengkal demi jengkal tanah di pertahankan dengan semangat patriotik. Tampil kedepan pula Panglima2 perang Aceh, dibawah satu Komando Tertinggi, Sultan Mahmud Syah. Walaupun Panglima2 itu cukup tua dan berpengalaman, tetapi setia dan taat tetap patuh menerima dan menjalankan petunjuk dari Sultannya yang Muda itu. Sultan Mahmud bukan hanya duduk dibelakang meja untuk mengatur siasat atau strategi, tetapi turut pula bertempur dengan Belanda secara frontal dan bersusuh bersama panglima2nya. Begitulah Sultan Mahmud dan Panglima2 serta rakyat mati2an bertarung, bertempr dan bertahan, barulah tgl 24 Djanuari 1874 Belanda Berhasil merebut Dalam (istana), setelah 18 hari menyerang, menyerbu dan mengepungnya(dari tgl 6 januari 1874).

BELANDA sangat kecewa, katren istana diketemukan dalam keadaan kosong, konon pula Sultan, Orang2 besar, sedangkan barang2 berhargapun tidak diperolehnya. Prajurit Aceh dengan teraturtelah mengundurkan diri, Sultan Mahmud telah memindahkan pusat pemerintahannya ke Lueng Bata. Dari sinilah sultan Mahmud akan mengatur pemerintahan, menyusun strategi peperangan dan malah akan bertempur mati2an untuk mengusir Belanda.

Tetapi sayang, manusia boleh membuat rencana, namun yang menentukan sesuatunya itu secara mutlak berada ditangan Allah yang maha pengatur begitulah berlakunya atas diri Sultan Alaidin Mahmud setelah jatuhnya istana ketanagn Belanda, beliau tiba2 diserang oleh wabah kolera yang juga merupakan alat pembunuh alat pembunuh kolonialis angkara murka yang cucup ampuh pula dan persisi pada hari itu juga beliau meninggalkan alam fana ini menuju ke alam bakha dan menutupkan matanya untuk selama2nya. Inna lillahi wa inna ilaihi umur.

Walaupun sultan Mahmud telah berpulang , tetapi perjuangan dan perlawanan rakyat aceh dengan pimpinan pengganti Sultan, Ulee Balang2 dan Ulama2 terus berjalan.Putra/putri Atjeh tidak gentar menghadapi meriam2 modern, cukup ulet dan lihai untuk menghadapi blokade kelaparan(ekonomi), cukup hati2 dan waspada candu dan wanita, cukup tabah dan tawakkal menghadapi serangan wabah yang merajalela itu.Yang kesemuanya itu dipergunakan oleh Belanda untuk memusnahkan Rakyat aceh dan menguasai tanah Serambi Makkah itu.

Demikianlah terus menerus terjadi menggempur dan di gempur puluhan tahun berikutnya sampai ke Sri Sultan Alaidin M. Daud Syah.

Karena kelihaian dan kebengisan, tentara Belanda dapat menangkap Sri Sultan M. Daud Syah Sultan Aceh yang terakhir pada tahun 1903, disebabkan intimidasi atas keluarganya yang telah dapat ditangkap terdahulu, selain mata2 Belanda selalu mengikuti jejak beliau dimana Sultan berada.

Pada mulanya Belanda mengira bahwa bila Sri Sultan telah ditakluk dan ditangkap maka seluruh Ker. Atjeh telah dapat dijajah, hal ini rupanya salah sama sekali dari pemikiran Belanda itu, karena kendati pun Sri Sultan telah dapat di taklukkan namun perlawanan secara total diseluruh tanah Aceh masih dilanjutkan terus dengan dasar mempertahankan kesutjian Agama ISLAM dari rongrongan musuhnya.

Tidak dapatlah dicatat disini hanya dengan sekilas pandang dan setetes tinta belaka, karena gampoeng demi gampong orang demi oaring diasentero persada Atjeh di kumandangkan DJIHAD FI SABILILLAH sehingga jangankan manusia bahkan binatang dan seluruh margasatwa yang ada du Atjeh disaat itu adalah WAR MINDED canagn perang mencekik suasana.

Kenyataanya sampai jepang menjelajah di Aceh sejak maret 1942, masih ada gerilyawan di Aceh yang disebut MUSLIMIN PEN. Dibawah pimpinan T.R. TAMPOK dan TGK samarkilang (Tgk. Tapa) yang belum pernah merasakan dirinya di bawah takluk Ker. Belanda dengan para pengikutnya di hutan rimba Atjeh yang tak pernah terjamahkan oleh patroli2 Belanda. Selain dari perang Bakongan tahun 1925 s/d 1927 di bawah pimpinan T.R. ANGKASAH dan T. CUT ALI, perang TGK. PEUKAN thn 1926 di blang pidie, dan tahun 1933 perang LHOENG terus disambung dengan perang total kembali Belanda diseluruh Aceh pada tahun 1941 hingga datingnya tentara pentadbiran militer Jepang 1942.

Maka yakinlah bahwa didalam jiwa orang2 tua di Aceh bersemikan pemikiran dan perasaan kendatipun Pemerintah Belanda itu berkuasa di Aceh namun mereka menganggap orang Belanda itu masih sebagai musuh dan bukan sama sekali buka sebagai pembimbing/penguasa mereka.

Menurut berita yang mutawattir dan Shahih, penduduk Aceh sebelum Belanda datang menyerangnya berjumlah 4,5 sampai 5 juta jiwa dan 40 puluh tahun kemudian dalam tahun 1903 sewaktu Sultan Alaidin M. Daud Syah tertangkap tinggallah manusianya 800 ribu jiwa sampai satu juta jiwa. Dengan demikan berarti bahwa Belanda baru Berhasil menguasai tanah Rencong pusaka Iskandar Muda juga disebut Serambi Makkah itu, harus melangkahi lebih kurang 4 juta mayat putra putrinya.

Seluruh rakyat Aceh putra putrinya zurriat Iskandar Muda itulah sebenaranya pejuang dan pahlawan. Mereka tidak menyerahkan nasib bangsa dan tanah airnya bulat2 kepada panglima dan pemimpin2nya, karena pemimpin2 dan pahlawan2 itu sendiri adalah berasal , lahir dan tumbuh di kalangan mereka, terjadinya pemimpin bagi mereka adalah hanya perbedaan biadang, tugas dan tanggung jawab. Karena itu tidaklah heran apabila Syahid seorang pahlawan, muncul berpuluh2 pahlawan baru dan lebih segar; terhenti peperangan di satu wilayah berkecamuk dan meletuslah pertempuran dan perlawanan di dua tiga wilayah lainnya. Berhenti peperangan total, frontal dan bersusuh disambung dengan perang gerilya dengan sebagai teori dan taktik, tertunda perang gerilya untuk sementara , timbul pula perlawanan seorang demi seorang dengan hanya mempergunakan rencong dan mata gobek (mata cok ranup), demikianlah terus menerus sehingga Belanda terpaksa angkat kaki untuk selama2nya dari bekas kerjaan Aceh pada tanggal 12 maret 1942 yang lalu.

1 comment:

Baka Kelana said...

Hana ubat seujarah nya dari jameun ke jameun leupah hayeu