Monday, April 29, 2013

Jejak Pemukiman Kota Pelabuhan Kuno Bukit Lamreh

MANDAPATTU:
KUIL EMAS TAMIL
KAWASAN BUKIT LAMREH
Oleh: Deddy Satria




Gambar Rekonstruksi I:

Denah Mandapattu dengan tiga teras dan halaman

Kawasan perbukitan Bukit Lamreh (Ujung Batee Kapal-UBK) bagian utara.









Gambar Rekonstruksi II:
Denah Bangunan Mandapattu








Gambar Rekonstruksi III:

Tampak Samping Bangunan Mandapattu













Gambar Rekonstruksi IV:

Tampak Samping Susunan Bangunan

Jejak Pemukiman Kota Pelabuhan Kuno Bukit Lamreh

Bangunan rumah dan balai yang disusun pada teras-teras membentuk deretan gang atau jalan di kawasan perbukitan Bukit Lamreh (Ujung Batee Kapal-UBK) bagian utara.












Konteks Arkeologis: Temuan Permukaan

Altar batu pemujaan dengan seni pahat bergaya Tamil Nadu dari abad ke-13 M. (foto oleh Mizuar, Februari 2013)












Keramik Cina masa Song hingga Yuan abad ke-13 M. hingga abad ke-14 M. (foto oleh Deddy Satria, Februari 2013)











Keramik Cina jenis batuan (stonewere) Longquan, Zhejiang, masa Song hingga Yuan abad ke-13 M. hingga abad ke-14 M. (foto oleh Deddy Satria, Februari 2013)









Beberapa batu nisan masa Islam yang ditemukan bersamaan dengan struktur bangunan teras Mandapattu Kuil Emas Tamil dan jejak struktur teras pemukiman kota pelabuhan kuno Bukit Lamreh. Yaitu, (1) batu nisan plakplik makam Malik Syamsuddin (wafat 821 H./1419 M.) dan (2) batu nisan bergaya Delhi India Islam seorang ‘Syaikh’ yang belum dapat dibaca namanya yang diduga wafat pada pertengahan awal abad ke-9 H. atau pertengahan awal abad ke-15 M. serta beberapa batu nisan lainnya yang telah dibaca oleh Epigrap Taqiyuddin Muhammad tahun 2012 (belum diterbitkan).


Salah satu yang syair yang terpahat pada
Makam Malik Syamsuddin
(w. 7 Ramadhan 822 H/1419)

 والبحر عميق
بلا سفن فكيف
تعبرون

(DAN LAUT TERAMAT DALAM
JIKA TANPA BAHTERA
BAGAIMANA ENGKAU AKAN MELAYARINYA)

Suatu ungkapan indah dan sangat bermakna dengan menggunakan kosakata kemaritiman. Di sini, terlihat bagaimana laut dan dunia maritim telah mengilhami suatu pengungkapan yang ditujukan sebagai pesan bahwa perjalanan hidup menuju suatu cita-cita tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perjalanan. Dan ungkapan ini juga dapat bermakna bahwa kebahagiaan akhirat juga tidak akan diperoleh apabila kita tidak menyediakan perbekalaan yang cukup untuk itu, yakni amal. 

oleh : Tgk. Taqiyuddin Muhammad, Lc 
Peneliti Sejarah dan Kebudayaan Aceh

Salah satu syair yang terpahat pada nisan ini :

"Barang siapa yang mengejar dunia, maka ia adalah tawanan
barang siapa yang mengejar akhirat, maka ia adalah pangeran".







 
Makam Malik 'Alauddin 
(w. sabtu 30 Ramadhan 822 H/1419 M)



Diantara yang terpahat pada nisan ini adalah :

"Kematian adalah titian yang menyampaikan seorang kekasih kepada kekasihnya.
Dunia hanya sesaat maka jadikanlah ia sebagai waktu ketaatan.
Dunia adalah tempat bercocok tanam akhirat.
Dunia itu Fana dan akhirat itu kekal".






 Makam Maulana Qadhi Shadrul Islam Isma'il 
(w. Jum'at 7 Syawwal 852 H/1448 M)


Tuesday, March 12, 2013

Menurut Arkheolog Deddy Satria seperti yang ada di foto atas dengan hasil 'rubbing' atau cetak positif batu nisan dari periode Samudera Pasai-Lamuri, abad ke-15 M. Secara morfologis, batu nisan ini memiliki ciri umum bentuk batu nisan dari periode awal perkembangan Islam di kawasan dunia Melayu, Sumatera. Batu nisan ini yang sangat menarik dalam hal rancangan motif hiasnya yang cukup jarang ditemukan, terutama gaya seni pahatnya. Tema motifnya yaitu motif berupa 'gumbak' atau 'gelombang samudera', munkin dapat dihubungkan dengan si almarhum sebagai pelaut pada masa hidupnya, karena lokasi makam berada dalam lintasan pelayaran-perdagangan dunia sejak jaman pertengahan dan menjadi jalur jaringan ulama pada masa mekarnya agama Islam di Kawasan Asia Tenggara, lalu menjadi jalur kolonialisme kristen-eropa (Portugis-Inggris-Belanda-Perancis). Dan motif geometrik dipadukan dengan tetumbuhan sangat populer dalam khasanah seni kebudayaan Islam dunia, terutama pada kurun waktu abad ke-14 M. saat Timur Lank mendirikan pusat peradaban Islam di Samarkhan (setelah penghancuran Bagdad oleh Mongol pimpinan Humayun) hingga abad ke-16 M. ketika munculnya tiga kekuasaan Islam Turky-Usamani sebagai kekhalifahan Islam terakhir, Safawiyyah Persia Syiah, dan Mughal India. Tema hiasan ini belum ditemukan di kawasan Aceh Utara, namun biasa ditemukan pada batu nisan Islam di Barus, kadang muncul pada batu nisan dari masa Aceh Darussalam. (Foto oleh Mizuar Mahdi Al-Asyi, hasil survey permukaan tahun Januari 2013).